Minggu, 17 Oktober 2010

apa penyebabnya pengangguran dan sulitnya lapangan kerja

1. Faktor kemalasan

Penganguran yang berasal dari kemalasan individu sebenarnya sedikit. Namun, dalam sistem materialis dan politik sekularis, banyak yang mendorong masyarat menjadi malas, seperti sistem penggajian yang tidak layak atau maraknya perjudian. Banyak orang yang miskin menjadi malas bekerja karena berharap kaya mendadak dengan jalan menang judi atau undian.

2. Faktor cacat /uzur

Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah ‘hukum rimba’. Karena itu, tidak ada tempat bagi mereka yang cacat/uzur untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

3. Faktor rendahnya pendidikan dan keterampilan

Saat ini sekitar 74% tenaga kerja Indonesia adalah mereka yang berpendidikan rendah, yaitu SD dan SMP. Dampak dari rendahnya pendidikan ini adalah rendahnya keterampilan yang mereka milki. Belum lagi sistem pendidikan Indonesia yang tidak fokus pada persoalan praktis yang dibutuhkan dalam kehidupan dan dunia kerja. Pada akhirnya mereka menjadi pengangguran intelek.

Saudaraku Nabil,

Kedua: faktor sistem sosial dan ekonomi

Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di Indonesia, di antaranya:

a. Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan

Tahun depan diperkiraan akan muncul pencari tenaga kerja baru sekitar 1,8 juta orang, sedangkan yang bisa ditampung saat ini dalam sektor formal hanya 29%. Sisanya di sektor informal atau menjadi pengangguran.

b. Kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat

Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan menimbulkan pengangguran baru, Menurut Menakertrans, kenaikan BBM kemarin telah menambah pengangguran sekitar 1 juta orang.

Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran. Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang sudah ada. Salah satu kasus, misalnya, apa yang menimpa masyarakat Tani Baru di Kalimantan. Tuntutan masyarakat Desa Tani Baru terhadap PT VICO untuk menghentikan operasi seismiknya tidak mendapat tanggapan. Penghasilan tambak mereka turun hampir 95 persen akibat pencemaran yang ditimbulkan PT VICO. Tanah menjadi tidak subur, banyak lubang bekas pengeboran dan peledakan, serta mengeluarkan gas alam beracun. Akibatnya, rakyat di sana menjadi orang-orang miskin dan penganggguran.

c. Pengembangan sektor ekonomi non-real

Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang sebagai komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan sistem ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya bahkan bisa mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.

Pertumbuhan uang beredar yang jauh lebih cepat daripada sektor real ini mendorong inflasi dan penggelembungan harga aset sehingga menyebabkan turunnya produksi dan investasi di sektor real. Akibatnya, hal itu mendorong kebangkrutan perusahan dan PHK serta pengangguran. Inilah penyebab utama krisis ekonomi dan moneter di Indonesia yang terjadi sejak tahun 1997.

Peningkatan sektor non-real juga mengakibatkan harta beredar hanya di sekelompok orang tertentu dan tidak memilki konstribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan.

d. Banyaknya tenaga kerja wanita

Jumlah wanita pekerja pada tahun 1998 ada sekitar 39,2 juta. Jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini mengakibatkan persaingan pencari kerja antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi, dalam sistem kapitalis, untuk efesiensi biaya biasanya yang diutamakan adalah wanita karena mereka mudah diatur dan tidak banyak menuntut, termasuk dalam masalah gaji. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak laki-laki.

Saudaraku Nabil,

Dalam sistem kenegaraan yang menerapkan syariah islam, kepala negara (Khalifah) berkewajiban memberikan pekerjaan kepada mereka yang membutuhkan sebagai realisasi Politik Ekonomi Islam. Rasulullah saw.:

اَلإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَتِهِ

Imam/Khalifah adalah pemelihara urusan rakyat; ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap urusan rakyatnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Lebih detail, Rasulullah saw. secara praktis senantiasa berupaya memberikan peluang kerja bagi rakyatnya. Suatu ketika Rasulullah memberikan dua dirham kepada seseorang. Kemudian beliau bersabda (yang artinya), “Makanlah dengan satu dirham, dan sisanya, belikanlah kapak, lalu gunakan kapak itu untuk bekerja!”

Mekanisme yang dilakukan oleh Khalifah dalam mengatasi pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan secara garis besar dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu: mekanisme individu dan sosial ekonomi.

Pertama, Mekanisme individu

Dalam mekanisme ini Khalifah secara langsung memberikan pemahaman kepada individu, terutama melalui sistem pendidikan, tentang wajibnya bekerja dan kedudukan orang-orang yang bekerja di hadapan Allah Swt. serta memberikan keterampilan dan modal bagi mereka yang membutuhkan. Islam pada dasarnya mewajibkan individu untuk bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Banyak nash al-Quran maupun as-Sunnah yang memberikan dorongan kepada individu untuk bekerja. Misalnya, firman Allah Swt.:

فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ

Berjalanlah kalian di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezekinya. (QS al-Mulk [67]: 15).

Imam Ibnu Katsir (Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, IV/478) menyatakan: “Maksudnya, bepergianlah kalian semua ke daerah di bumi manapun yang kalian kehendaki, dan bertebaranlah di berbagai bagiannya untuk melakukan beraneka ragam pekerjaan dan perda­gangan.”

Dalam hadis, Rasulullah saw. bersabda:لْمَرْءِ أَنْ يَحْبِس عَمَّنْ يَمْلِكُ قُوتَهُ َ

Cukuplah seorang Muslim berdosa jika tidak mencurahkan kekuatan menafkahi tanggungannya. (HR Muslim).

Bahkan Rasulullah pernah mencium tangan Saad bin Muadz ra. tatkala beliau melihat bekas kerja pada tangannya, seraya bersabda (yang artinya), “Ini adalah dua tangan yang dicintai Allah Taala.”

Saudaraku Nabil,

Jelas, Islam mewajibkan kepada individu untuk bekerja. Ketika individu tidak bekerja, baik karena malas, cacat, atau tidak memiliki keahlian dan modal untuk bekerja maka Khalifah berkewajiban untuk memaksa individu bekerja serta menyediakan sarana dan prasarananya, termasuk di dalamnya pendidikan. Hal ini pernah dilakukan Khalifah Umar ra. ketika mendengar jawaban orang-orang yang berdiam di masjid pada saat orang-orang sibuk bekerja bahwa mereka sedang bertawakal. Saat itu beliau berkata, “Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.” Kemudian Umar ra. mengusir mereka dari masjid dan memberi mereka setakar biji-bijian.

Kedua, Mekanisme sosial ekonomi

Saudaraku Nabil,

Mekanisme ini dilakukan oleh Khalifah melalui sistem dan kebijakan, baik kebijakan di bidang ekonomi maupun bidang sosial yang terkait dengan masalah pengangguran.

1. Negara wajib menciptakan lapangan kerja agar setiap orang yang mampu bekerja dapat memperoleh pekerjaan.

Rasullah saw. bersabda:

اَلإِمَامُ رَاعٍ وَ هُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَتِهِ

Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat); ia akan diminta pertanggungjawabannya atas urusan rakyatnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Dalam bidang ekonomi kebijakan yang dilakukan Khalifah adalah meningkatkan dan mendatangkan investasi yang halal untuk dikembangkan di sektor real baik di bidang pertanian dan kehutanan, kelautan, dan tambang maupun meningkatkan volume perdagangan.

Di sektor pertanian, di samping intensifikasi juga dilakukan ekstensifikasi, yaitu menambah luas area yang akan ditanami dan diserahkan kepada rakyat. Karena itu, para petani yang tidak memiliki lahan atau modal dapat mengerjakan lahan yang diberi oleh pemerintah. Sebaliknya, pemerintah dapat mengambil tanah yang telah ditelantarkan selama tiga tahun oleh pemiliknya, seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. ketika berada di Madinah. Itulah yang dalam syariat Islam disebut i‘thâ’, yaitu pemberian negara kepada rakyat yang diambilkan dari harta Baitul Mal dalam rangka memenuhi hajat hidup atau memanfaatkan kepemilikannya.

Dalam sektor industri Khalifah akan mengembangkan industri alat-alat7 (industri penghasil mesin) sehingga akan mendorong tumbuhnya industri-industri lain. Selama ini negara-negara Barat selalu berusaha menghalangi tumbuhnya industri alat-alat di negeri-negeri kaum Muslim agar negeri-negeri Muslim hanya menjadi pasar bagi produk mereka. Di sektor kelautan dan kehutanan serta pertambangan, Khalifah sebagai wakil umat akan mengelola sektor ini sebagai milik umum dan tidak akan menyerahkan pengelolaannya kepada swasta. Selama ini ketiga sektor ini banyak diabaikan atau diserahkan kepada swasta sehingga belum optimal dalam menyerap tenaga kerja.

Sebaliknya, negara tidak mentoleransi sedikitpun berkembangnya sektor non-real. Sebab, di samping diharamkan, sektor non-real dalam Islam juga menyebabkan beredarnya uang hanya di antara orang kaya saja serta tidak berhubungan dengan penyediaan lapangan kerja, bahkan sebaliknya, sangat menyebabkan perekonomian labil. Menurut penelitian J.M, Keynes,8 perkembangan modal dan investasi tertahan oleh adanya suku bunga; jika saja suku bunga ini dihilangkan maka pertumbuhan modal akan semakin cepat. Hasil penelitian di Amerika membuktikan bahwa masyarakat berhasil menabung lebih banyak pada saat bunga rendah bahkan mendekati nol.

Saudaraku Nabil,

Dalam iklim Investasi dan usaha, Khalifah akan menciptakn iklim yang merangsang untuk membuka usaha melalui birokrasi yang sederhana dan penghapusan pajak serta melindungi industri dari persaingan yang tidak sehat. Adapun dalam kebijakan sosial yang berhubungan dengan pengangguran, Khalifah tidak mewajibkan wanita untuk bekerja, apalagi dalam Islam, fungsi utama wanita adalah sebagai ibu dan manajer rumah tangga (ummu wa rabbah al-bayt). Kondisi ini akan menghilangkan persaingan antara tenaga kerja wanita dan laki-laki. Dengan kebijakan ini wanita kembali pada pekerjaan utamanya, bukan menjadi pengangguran, sementara lapangan pekerjaan sebagian besar akan diisi oleh laki-laki—kecuali sektor pekerjaan yang memang harus diisi oleh wanita.

2. Negara menyediakan jaminan sosial berupa jasa pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Pendidikan, kesehatan, dan keamanan adalah kebutuhan asasi dan harus dikecap oleh manusia dalam hidupnya. Berbeda dengan kebutuhan pokok berupa barang (pangan, sandang dan papan), dimana Islam melalui negara menjamin pemenuhannya melalui mekanisme yang bertahap, maka terhadap pemenuhan kebutuhan jasa pendidikan, kesehatan, dan keamanan dipenuhi negara secara langsung kepada setiap individu rakyat. Hal ini karena pemenuhan terhadap ketiganya termasuk masalah ‘pelayanan umum’ (ri‘âyah asy- syu’ûn) dan kemaslahatan hidup terpenting. Islam telah menentukan bahwa yang bertanggung jawab menjamin tiga jenis kebutuhan dasar tersebut adalah negara.

3. Negara harus berpihak kepada pengusaha maupun buruh secara adil

Hubungan ketenagakerjaan di dalam pandangan Islam adalah hubungan kemitraan yang harusnya saling menguntungkan. Tidak boleh satu pihak menzalimi dan merasa dizalimi oleh pihak lainnya. Oleh karena itu, kontrak kerja antara pengusaha dan pekerja adalah kontrak kerjasama yang saling menguntungkan. Pengusaha diuntungkan karena ia menperoleh jasa dari pekerja untuk melaksanakan pekerjaan tertentu yang dibutuhkannya. Sebaliknya, pekerja diuntungkan karena ia memperoleh penghasilan dari imbalan yang diberikan pengusaha karena ia memberikan jasa kepadanya.

Agar hubungan kemitraan tersebut dapat berjalan dengan baik dan semua pihak yang terlibat saling diuntungkan, maka Islam mengaturnya secara jelas dan rinci dengan hukum-hukum yang berhubungan dengan ijârah al-ajir (kontrak kerja). Pengaturan tersebut mencakup penetapan ketentuan-ketentuan Islam dalam kontrak kerja antara pengusaha dan pekerja; penetapan ketentuan yang mengatur penyelesaian perselisihan yang terjadi antara pengusaha dan pekerja; termasuk ketentuan yang mengatur bagaimana cara mengatasi tindakan kezaliman yang dilakukan salah satu pihak (pengusaha dan pekerja) terhadap pihak lainnya.

Menurut Islam, suatu transaksi ijârah yang akan dilakukan haruslah memenuhi prinsip-prinsip pokok transaksi ijârah. Prinsip-prinsip pokok transaksi menurut Islam adalah:

Pertama: Jasa yang ditransaksikan adalah jasa yang halal, bukan yang haram.

Kedua: Memenuhi syarat sahnya transaksi ijârah, yakni:

(1) Ajir dan musta’jir) harus sudah mumayyiz, yakni sudah mampu membedakan baik dan buruk; tidak sah transaksi ijârah jika salah satu atau kedua pihak belum mumayyiz seperti anak kecil, orang yang lemah mental, orang gila, dan lain sebagainya.

(2) Transaksi (akad) harus didasarkan pada keridhaan kedua pihak, tidak boleh ada unsur paksaan.

Ketiga: Transaksi (akad) ijârah haruslah memenuhi ketentuan dan aturan yang jelas yang dapat mencegah terjadinya perselisihan antar kedua pihak yang bertransaksi. Dalam transaksi ijârah hal-hal yang harus jelas ketentuannya adalah menyangkut: (a) bentuk dan jenis pekerjaan; (b) masa kerja; (c) upah kerja; (d) tenaga yang dicurahkan saat bekerja. Dengan jelasnya dan rincinya ketentuan-ketentuan dalam transaksi ijârah al-ajir tersebut, maka diharapkan masing-masing pihak dapat memahami hak dan kewajiban mereka masing-masing. Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb.

Itulah mekanisme Islam yang insya Allah bisa mengatasi pengangguran dan menciptakan lapangana pekerjaan secara adil. Ini hanya akan terwujud jika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Wallâhu a‘lam. []

M. Sholahuddin,SE,M.Si adalah aktivis HTI Soloraya, pengamat ekonomi Islam, bekerja sebagai dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Solo. Menyelesaikan pendidikan master di bidang ekonomi dan keuangan Syariah pada Universitas Indonesia.
Share
Tulisan terkait lainnya ....

* Paradoks Ekonomi : Resesi Berakhir Pengangguran Meningkat
* Out Put Jepang Meningkat Pengangguran Juga Meningkat
* Apakah Perbankan Syariah Sekarang Mampu Terhindar dari Riba ?
* Resesi Sebabkan 5,7 juta Warga AS di-PHK
* Demokrasi Kapitalis Tidak Berkah, Ekonomi Islam Khilafah itu Berkah
* Sistem Ekonomi Islam, Khayalan atau Nyata?
* Apakah Menyimpan Uang / emas termasuk “Menimbun”?
* Kirim Pertanyaan
* Zakat PNS, Kesadaran atau Paksaan?
* Apakah APEC Akan Mampu Menanggulangi Krisis Global?

Ingin jadi pembaca setia JURNAL? atau Berlangganan JURNAL via email anda? Apa itu RSS Feed

Donasi situs ini | Free e-Book Ekonomi Ideologis

Akses Jurnal Ekonomi Ideologis berdasarkan kata kunci:
M. Sholahuddin, Pengangguran

FREE DOWNLOAD:
Versi Offline Politik Ekonomi Islam
Download toolbar JURNAL EKONOMI IDEOLOGIS untuk browser internet anda

Comments RSS
9 Responses to “ Apa Penyebab Pengangguran dan Sulitnya Lapangan Kerja dalam Perekonomian Kapitalis? ”

1. # 1 habib Says:
July 24th, 2008 at 8:16 am

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Ustadz. Mau numpang curhat saja.
Saya punya cara pandang begini. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin susah cari kerjaan (tapi ini parsialistik sifatnya). Makin tinggi terbangnya makin kecil obyek pandang di bawah sana, makin tak mudah membidik sasarannya. Sementara rival tetap saja banyak, bahkan bertambah lagi. Dan di atas sana angin lebih kencang dirasakan.
Begini:
Orang-orang yang mau menerima keadaan (bukan pasrah atau ndableg), qona’ah, mereka akan merasa cukup dengan jatah rejeki yang diberikan Allah kepadanya. Rejeki sudah di’jatah’. Ada kadar ketentuannya. Maksud saya, pekerjaan adalah ‘hanya’ sebagai sarana kita sampai kepada jatah rejeki itu, apapun jenis pekerjaan kita. Kita manusia hanya diberi pilihan “jalan baik (halal) atau jalan buruk (haram)”.
Banyak sarjana kita yang bingung cari kerja. Di tempat lain, banyak ‘juragan’ bingung cari pegawai (yang jujur dan loyal). Yang sarjana pengin gaji yang mampu mempercepat BEP biaya pendidikannya. Yang juragan, pengin mendapat pegawai dengan gaji serendah-rendahnya.
Kebetulan saya sendiri seorang pengangguran (tidak kentara). Dulu pernah bekerja di perusahaan asing (Jepang) selama 5 tahun. Saya mengajukan ‘pensiun’ dini tanpa jaminan pensiun mirip PNS itu untuk pulang kampung di Solo (Karanganyar) dan menikah.
Lha, sejak saya menikah itulah saya belajar qona’ah. Berbekal kenekatan dan kepasrahan kepada Allah (semampu saya), saya mencoba bertahan hidup. Saya dan istri tak punya pekerjaan tetap yang profit oriented. Istri adalah ibunya anak-anak saja. Saya sendiri kerja serabutan, seadanya. Dan alhamdulillah, sampai hari ini saya masih bisa tersenyum dengan istri dan anak-anak saya yang enam orang ini. Saya adalah keluarga beranak terbanyak di lingkungan saya (RT maupun RW), itu menurut pak RW yang kebetulan kenal cukup dekat.
Maksud saya dengan cerita ini adalah, kenapa sarjana-sarjana kita ini masih saja bingung cari kerja? Kenapa mereka tidak berusaha men’cipta’ lapangan kerja sendiri? Atau barangkali sistim pendidikan di negeri masih berorientasi mencetak ‘kuli’?
Sekali lagi kenapa tidak bekerja sendiri? Meski serabutan seperti saya. Toh rejeki yang Allah tetapkan untuk saya tak akan diambil orang lain. Toh apapun yang saya lakukan rejeki saya tak akan bertambah jumlahnya. Saya hanya berusaha bertahan pada kehalalan dan berlindung dari keharaman Allah saja.
Barangkali karena kenekatan saya, ba’dallah, ada yang mengikuti langah saya. Sekarang ini saya punya rekan kerja serabutan 3 orang yang juga sudah menikah, sebagian beranak 3.
Barangkali memang sebagian kelompok masyarakat akan melihat kami sebagai orang aneh (asing) dengan cara kami bertahan hidup (yang hanya sebentar ini). Tetapi yang penting bagi kami adalah kami free, bebas menentukan ‘jam kerja’ kami sendiri. Sehingga waktu kami yang lain bisa kami usahakan untuk lebih mengenal Allah. Itu tekat kami bersama.
Demikian Ustadz, sekedar curhat saja. Dengan cara berbahasa dan bertutur kata layaknya orang kampung karena kebetulan saya tidak bisa menggunakan metodologi riset dan menganalisis masalah lalu membuat simpulan seperti Anda.
Dan namanya curhat hanyalah ungkapan isi hati dan sifatnya pribadi, individual. Tak membutuhkan persetujuan orang lain untuk mengisi hati. Toh juga tak merugikan orang lain yang barangkali tak sepaham. Tetapi, ma’af tetap saya sampaikan barangkali ada yang kurang berkenan.
Sedangkan kalau itu dilakukan dari arah pandang para pemimpin (muslimin) wah….saya belum mampu.
Jazakumullahu khaira atas kesempatan ini.
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
2. # 2 helmi Says:
July 26th, 2008 at 1:05 pm

Assalamu’alaikum mas Udin,

Saya helmi mas, adik kelas dulu di Ekonomi MGT 94 sekarang kerja di JKT

Mo dikit kasih comment, Indonesia yang ekonominya memakai sistem kapitalis ini mengakibatkan para pemodal menguasai sumber-sumber ekonomi. Para kapitalis lokal bekerjasama kapitalis global bersama-sama bekerjasama mengeruk kekayaan alam di Indonesia yang sebenarnya kaya.
Penguasaan asing di segala lini sudah sangat terasa sebagai contoh freeport, newmont, exxon utk bidang tambangnya, carefour, hypermart dan sekarang ini adanya akuisisi alfa oleh mereka menambah cengkeraman di bumi kita ini. Para pengusaha lokal semakin terjepit oleh mereka yang didukung oleh pemerintahan kita yang menerapkan Indonesia sebagai free trade zone.
Belum lagi kepintaran PMA-PMA utk urusan ketenagakerjaan menerapkan sistem kontrak atau sistem outsourcing menambah semakin tidak dihargainya dan tidak berdayanya tenaga-tenaga kerja lokal kita, dan pemerintah dalam hal ini Depnakerpun dalam penegakan undang2 tidak ada tajinya. Demo-demo buruh utk menentang sistem inipun sampai sekarang belum ada tindakan nyata dari lembaga yg berwenang utk memperjuangkan nasib mereka seperti DPR atau Pemerintah belum kelihatan pergerakannya.
Kalau utk keuletan, kepintaran, kreatifitas sebenarnya bangsa ini tidak kalah dengan negara asing, tetapi memang yg salah adalah sistem ekonomi kita dan sistem pemerintahan kita yang masih bersembunyi di ketiak asing dengan kepentingan2nya yang hanya menambah kaya sebagian orang di negeri ini.
Belum lagi orang-orang kaya kita yg memang terlalu bangga dengan memakai produk2 asing dan suka membuang-buang uangnya ke Singapura sono.
Dan juga belum ada tokoh seperti Muh Yunus yang mau turun gunung langsung dari menara gading pendidikan tinggi ke lapisan paling bawah grass root utk mencari pemecahan masalah yg ada.

Beberapa solusinya :
- Ekonomi Syariah yang sekarang ini mulai kembang tumbuh layak mendapat apreasiasi utk melawan sistem kapitalis yang berlaku di negeri ini.
- Dan juga munculnya lembaga seperti Dompet Dhuafa dengan program pemberdayaannya yg cukup efektif dg pengelolaan ZISnya yg profesional.
- Ditambah dengan perkembangan teknologi khususnya internet muncul bbg komunitas semacam TDAnya Pak Rony yang mengajak utk mjd entrepenuer2 Indonesia mjd maju dan sekarang terus berkembang komunitasnya ke berbagai wilayah di Indonesia dengan bbg divisi usaha.
- ESQnya pak Ginanjar dg motivasi2nya yg didasari spirit keIslaman.

Usaha2 kreatif dari diri kita sendiri, khususnya orang2 berpendidikan yang telah menikmati pendidikan tinggi yang mendapat subsidi dari rakyat ketika belajar di PTN-PTN utk membentuk komunitas-komunitas lokal/kelembagaan dan berjuang melawan sistem kapitalis yg bercokol di negeri ini tidak malahan berkolaborasi dg kekuataan asing menguatkan posisi mereka di negeri ini atau kita memang tidak akan terlalu banyak berharap dari pemerintahan yg korup dan mengabdi pada kepentingan kapital.

Wassalam

Azhar Helmi
3. # 3 FE UMS ERNAWATI - D Says:
September 27th, 2008 at 11:43 am

Penyebab meningkatnya jumlah pengangguran saat sekarang ini disebabkan karena adanya jumlah penduduk yang terus meningkat dan memerlukan banyak lapangan pekerjaan, tetapi pemerintah kurang menyediakan lapangan pekerjaan tersebut bagi mereka.
Disamping itu, saat ini juga telah banyak tenaga kerja yang berpendidikan SD, SMP, SMA bahkan sampai perguruan tinggi, oleh karena itu akan banyak terjadi persaingan dalam mendapatkan lapangan pekerjaan.
Tetapi apakah”Nepotisme” juga mempengaruhi sulitnya memperoleh lapangan pekerjaan………????????
Untuk mengurangi banyaknya tingkat pengangguran saat sekarang ini, kita jangan hanya bergantung pada pemerintah tetapi kita juga harus berusaha menciptakan lapangan pekerjaan sendiri yand dapat menyerap banyak tenaga kerja, sehingga pengangguran tidak mendominasi.
4. # 4 Nurul ( FE _ UMS ) Says:
October 5th, 2008 at 2:03 pm

Sebelumnya saya akan menjelaskan dulu tentang perekonomian kapitalis, perekonomian kapitalis adalah sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang, manjual barang, menyalurkan barang semaksimal yang mereka bisa lakukan. Dalam sistem ini pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam sistem perekonomian. Negara dengan sistem perekonomian ini biasanya memeberikan kebebasan penuh pada perusahaan atau sering di kenal dengan “otonomi” perusahaan, disini perusahaan berhak memilih pekerja yang mereka butuhkan, atau mengeluarkan pekerja yang dirasa tidak bisa diandalkan di perusahaan itu. Sudah beberapa tahun yang lalu santer terdengar “sistem kontrak pekerja” di kota-kota besar, jadi perusahaan besar hanya ‘menyewa’ tenaga pekerja yang masih muda (fresh) dan terampil, hal ini akan berpengaruh sekali terhadap kinerja pekerja yang sudah agak berumur atau bahkan yang muda tapi sedikit memiliki ketrampilan. jadi tidaklah heran mengapa pekerja di negara yang memiliki sistem perekonomian kapitalis banyak yang menganggur dan jika tidak mereka mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Maturnuwun . .
5. # 5 # 5 Puri (FE _UMS ) Says:
October 13th, 2008 at 11:02 am

Assalamu’alai kum wr.wb
menurut pendapat saya masalah pengangguran merupakan masalah yang umum terjadi di setiap negara.ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin tinggi angka pengangguran di Indonesia.
yang pertama mungkin kurangnya pendidikan kewirausahaan yang mereka dapat selama menempuh pendidikan formal.seandai nya mereka mendapat pendidikan kewirausahaan yang cukup pasti mereka mampu membuka usaha sendiri.dengan demikian mereka tidak hanya menjadi golongan pencari kerja,tapi juga menjadi golongan pencipta kerja.
faktor yang kedua,mungkin terlalu banyaknya impor barang sari luar negeri.hal tersebut menyebabkan barang-barang produksi dalam negeri kalah bersaing yang menyebabkan banyaknya pabrik-pabrik yang gulung tikar.padahal sektor itulah yang banyak menyerap tenaga kerja.untuk itu pemerintah perlu bekerja keras,untuk menyeleksi barang-barang yang boleh diImpor ke Indonesia.selaln itu dibutuhkan peran serta masyarakat untuk terus” mencitai produk dalam negeri”.
6. # 6 Indila Wida Rosalia/G-FE UMS Says:
October 17th, 2008 at 12:01 pm

Assalamualaikum Wr Wb

Menurut saya sulitnya mencari lapangan pekerjaan sekarang ini karena semakin rendahnya SDM pencari kerja, sedangkan persaingan dalam mencari pekerjaan semakin sulit dan terbatasnya lapangan pekerjaan sehingga memicu banyaknya tingkat pengangguran yang ada di Indonesia, sedangkan biaya hidup sekarang sangatlah mahal, yang menyebabkan tingginya tingkat kriminalitas yang sebagian dilakukan oleh para penganggur tersebut.
Namun, apabila kita sebagai lulusan S1 dapat menciptakan lapangan pekerjaan maka dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. Tetapi menciptakan lapangan pekerjaan bukanlah suatu hal yang mudah dan setiap orang dapat melakukannya. Dibutuhkan skill atau keahlian dalam bidang kewirausahaan selain itu juga dibutuhkan keterampilan dalam mengolah lapangan pekerjaan.
Modal usaha juga menjadi kendala untuk mendirikan lapangan perkerjaan, jadi seharusnya menurut saya pemerintah seharusnya ikut andil dalam memberikan bantuan modal untuk terciptanya lapangn pekerjaan.

Terimakasih,

Wassalamualaikum Wr Wb
7. # 7 Investasi Says:
January 27th, 2010 at 6:03 am

kenapa sulit mencari lapangan pekerjaan? menurut saya, lapangan pekerjaan banyak, tapi yang sesuai dengan kondisi kita sedikit. Jadi kita harus meningkatkan kualitas diri agar sesuai dengan pekerjaan yang tersedia.
8. # 8 ibnu adam Says:
May 23rd, 2010 at 7:21 pm

Hal utama yang menyebabkan banyaknya sarjana pengangguran yaitu sedikitnya lapangan kerja bagi sarjana. Sebagian besar lapangan kerja ada pada sektor informal, sektor UMKM. Lembaga pendidikan sekarang hampir sama dengan lembaga bisnis. Bahkan lebih jelek karena produk mereka yaitu sarjana banyak yang tak laku di pasar tenaga kerja. Sarjana pengangguran di Indonesia sekarang berjumlah lebih dari 2(dua) juta orang. Ironis sekali.
Masyarakat indonesia sekarang harus sadar dan realistis dengan dunia kerja di indonesia yang “dikuasai” sektor informal/riil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar